Rabu, 16 Maret 2011

Zulkifli Kolektor Motor Perang Dunia II

Besar, Sangar, Antik
Bagi kaum pria, motor tidak sekadar kendaraan, tapi juga buat bergaya. Tidak percaya? Tanyakan saja sama Zulkifli, pecinta motor klasik di Karimun.

Zulkifli menunggangi BSA keluaran 1941 yang diperolehnya dari mantan Bupati Deli Serdang
Kecintaan pria yang berprofesi sebagai manajer di salah satu perusahaan tambang akan motor antik ini, merupakan warisan dari sang ayah, Alm H Ibrahim. Kala berdinas di kepolisian di Tanjungbalai Karimun.
Tidak sekadar hobi, Zulkifli pun mulai memburu motor antik tahun 2005 lalu.
Berbagai informasi mengenai motor antik dikumpulkan. Baik informasi dari rekan-rekannya, hingga browsing via internet. Hasilnya, Zulkifli kini memiliki tiga motor antik jenis BSA keluaran tahun 1941, 1945, dan 1956.
Untuk mendapatkan ketiga motor buruannya ini, Zulkifli yang juga menaungi pecinta Motor Antik Club Karimun (MACK), harus bersusah payah, dan merogoh saku dalam-dalam. Karena untuk ketiga motor tadi ditebusnya hingga ratusan juta rupiah.
“Dalam mengoleksi motor antik ini, ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Meski sulit mendapatkannya, namun setelah dimiliki rasanya puas dan senang aja,” ungkap Zulkifli, kemarin.
Untuk mendapatkan buruannya ini, Zulkifli mengaku, pernah menjelajahi Pematang Siantar, Deli Serdang, Sumatera Utara, hingga Dumai. Di tiga kota ini, kabarnya motor antik masih ada, walaupun hanya kerangka atau sukucadang lainnya.
Perburuannya pun berhasil. Kini Zulkifli memiliki tiga motor antik di antaranya merek BSA keluaran tahun 1941 dengan mesin 650 CC, BSA keluaran tahun 1945 dengan mesin 500 CC, dan BSA keluaraha 1956 dengan mesin 350 CC.
Diceritakan Zulkifli, untuk mendapatkan motor antik tersebut memang tidak mudah, misalnya saja untuk motor antik BSA tahun 1956.
“Motor tersebut didapatkan pada salah seorang petani di Pematang Siantar lewat informasi keponakan saya di sana. Sewaktu didapatkan motor tersebut tahun 2005 hanya berupa kerangka. Kemudian dengan mencari mesin, setelah 2 tahun baru bisa motor  dinyalakan dan layak pakai,” bebernya.
Lain lagi dengan  motor antik BSA tahun 1941 yang dicari di Deli Serdang. Informasinya diperoleh lewat teman dan adiknya yang mengabarkan kalau mantan bupati Deli Serdang masih menyimpan motor BSA.
“Saya lupa nama mantan Bupati Deli Serdang itu. Bagi saya, motor antiknya bisa dimiliki,” tutur Zulkifli mengenang.
Sebagai informasi, BSA adalah sisa-sisa perang dunia kedua. Belandalah yang membawanya ke Indonesia. BSA singkatan dari The Birmingham Small Arms itu, diproduksi pabrik yang khusus membuat keperluan aneka peralatan kecil tentara.
Di negara asalnya Inggris, pabrik kendaraan roda dua dengan sistem besar ini sudah terbakar tahun 1972 dan tidak dibikin lagi.
Karena banyak yang sudah tidak diproduksi lagi, tidak gampang untuk mendapatkan suku cadang motor-motor yang sudah tergolong klasik itu. Nah… di sinilah untungnya gabung dengan club atau komunitas motor! Antara mereka bisa saling tukar informasi dan tips tentang perawatan dan suku cadang.
Dari hobby terciptalah jalinan persaudaraan antar sesama pemilik sepeda motor antik. Biasanya mereka pun lalu berkendara bersama.

Sumber : www.batampos.co.id